White Day Desperados


Senin, 14 Maret 2011.

Di sini, di Daejeon, buatku Monday is another Sunday. Tidak ada kuliah, tidak ada kelas malam bahasa Korea dan tidak ada rencana apa-apa. 

Beberapa hari yang lalu, di Family Mart--semacam Circle K, Alfa Mart atau Indomaret di Indonesia--di basement dorm 10 dan 11, terpampang spanduk panjang cantik dengan kata-kata White Day. Awalnya aku bingung, apakah itu semacam Thanksgiving, atau May Day? (Haha) Ternyata White Day ya White Day. Hari ini baru aku tahu bahwa ‘Hari Putih’ itu ada.

Kalau disamakan dengan film, White Day itu sekuelnya Valentine Day. Nanti akan ada lagi yang namanya Black Day. Ibarat Harry Potter and the Chamber of Secret setelah Sorcerer’s Stone, dilanjutkan Prisoner of Azkaban. Jangan-jangan bakal ada juga Goblet of Fire, Order of Phoenix, Half Blood Prince dan Deathly Hallow-nya hari Valentine di sini (Haaass ngomong opo ki). Kalau Valentine Day itu hari-nya orang pacaran--dari yang aku lihat di Daejeon nih, kalau pedekate, justru cowok yang dapet bunga, es krim, atau lolipop dari cewek. Tapi setelah pacaran, si cewek bakal dilayanin kayak putri raja, bahkan sampai diiketin segala tali sepatunya sama cowoknya--, White Day jadi semacam hari di mana cowok-cowok balas memberi hadiah pada ceweknya. Atau secara umum, yang berjenis kelamin laki-laki memberikan hadiah pada yang berjenis kelamin perempuan, entah itu pacarnya atau bukan. Dengar-dengar dari orang sini sih, katanya tradisi White Day di Korea dibawa dari Jepang. Sebagai bentuk ungkapan rasa cinta dan terima kasih cowok pada ceweknya. Black Day lain lagi, hari di mana para Jomblo menghibur diri dengan makan Jajangmyoen (Mie khas Korea bersaus hitam) beramai-ramai dengan para jomblowan dan jomblowati senasib (Pathetic sekali, haduh).

Aku memang tidak merayakan Valentine, apalagi White Day, apalagi Black Day. Bagiku, yang menarik justru melihat bagaimana orang-orang membuat White Day--sebagaimana Valentine Day--menjadi spesial, dan bagaimana toko-toko dan bisnis apa saja membuat toko dan produk mereka bernuansa romantis, manis dan pink (katanya White Day? Hehew), mengadakan event dan menciptakan ‘Menu Spesial White Day’, ‘Paket Kosmetik Spesial White Day’ dan spesial-spesial lainnya. Tentu saja, sindrom remaja yang mudah terbuai event ini menguntungkan sekali untuk bisnismen-bisnismen dengan sejuta taktik. Aku jadi curiga, jangan-jangan Black Day juga dibuat untuk menguntungkan bisnismen rumah makan. Oh! Ada lagi Eleven Day! Atau setidaknya begitulah yang dikatakan teman-teman Korea-ku. Jatuh pada tanggal 11 November: 11-11. Pada hari ini remaja-remaja Korea semacam sudah terbiasa membeli berbungkus-bungkus produk makanan ringan semacam chesee stick berlumur coklat, yang kalau dimakan pakai dua tangan, katanya melambangkan angka 11. Bukankah ini desublimasi represif secara terang-terangan? (Halah).

*

Malam harinya, setelah makan malam, kami jalan-jalan keluar. Bukan untuk merayakan White Day atau nge-date atau nge-laba, tapi untuk es krim dan kentang goreng besar dan jajanan pinggir jalan lainnya di Gung Dong. Di pintu gerbang Gung Dong Road, kami bertemu Alex, Leo dan beberapa rekan supporter GSP yang menyempatkan memberi kami lolipop dan permen sebagai hadiah White Day. Di perjalanan pulang, kami sengaja mengambil jalan pintas yang sepi agar tidak secara tidak sengaja melihat pasangan-pasangan yang lagi pacaran, yang cuma bikin gondok (bisa kutambahkan, yang cuma bikin Charlotte dan Alyona men-dumel-kan kejombloannya sepanjang jalan). Kami bahkan menyempatkan untuk foto-foto (berdua-dua) di bawah temaram lampu taman di depan gedung-gedung fakultas yang kami lewati, dan di bangku taman yang kebetulan tidak berpenghuni.

Yak, kami adalah lima cewek (3/5-nya jomblo, 1/5-nya dilanda pertengkaran, 1/5-nya lagi aku hoho) yang berjalan bergandengan tangan di malam hari, di tengah lautan pasangan yang sedang merayakan White Day di mana-mana. Dan kami terlihat seperti Alien.

Oops, kami memang legal aliens :D 



Pretty Ducks Charlotte and Alyona
Romantic Me and Charlotte
Star Pointing: Cliche, huh? :P













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Devil Spends Korean Won!

My Rareness Has A Name: Kosmemophobia!

"Perkenalkan, Saya Tante Fatimah."

Arsip #3 - Bicara Musik Indie: Tentang Counter-Culture Kapitalisasi Seni

Ibuku?