"Perkenalkan, Saya Tante Fatimah."
Jum’at, 13 Mei 2011.
Temanku Jared, cowok imut yang tinggi tapi bermuka kecil (tipe ini menurut cewek-cewek Korea, disebut 꽃 미남, dibaca Kottminam, harfiah: tampan seperti bunga alias Flower Boy) asal Amerika Serikat, hari ini mengajakku, Anna dan Urfi untuk bertemu dengan seseorang yang katanya sangat tertarik dengan Indonesia. Siang ini kami membuat janji untuk bertemu di Homeplus di kawasan Mun Hwa Dong, karena si Ibu katanya akan menunggu di sebuah restoran di Department Store yang jaraknya lumayan jauh dari kampus itu.
Satu-satunya masalah ketika bikin janji dengan orang Korea asli adalah bahasa Korea kami masih sangat mengkhawatirkan. Tapi untungnya Jared sudah pernah tinggal di Korea selama dua tahun sebelum bergabung dengan program ini dan kemampuan bahasa Koreanya sudah licin cin macam disiram oli. Dengan naik taksi, aku, Anna dan Urfi sampai di Mun Hwa Dong dan diantar menuju sebuah resto American Buffet di lantai dua. Duduk di dalamnya, berkenalan dengan dua orang Ibu-ibu Korea gaul, aku dibuat shock!
Tidak, tidak. Aku shock bukan karena mereka sangat stylish dan tidak keriting megar berkostum warna-warna nge-jreng seperti ajhuma-ajhuma kebanyakan. Tapi karena si Ibu yang dikenalkan Jared pada kami bukan cuma tertarik pada Indonesia, tapi bisa berbahasa Indonesia informal dengan sangat lancar dan begitu slenge’an. Aku dan anak-anak serasa kembali ke Indonesia ketika dia berkata: “Ah, nggak usah panggil Ibu, tua banget, panggil tante aja ya.”
Tante Fatimah. Begitulah kami harus memanggil tante cantik yang ramah dan gaul ini. Selama 8 tahun dia belajar di jurusan Sastra Indonesia Universitas Padjajaran. Terang saja bahasa Indonesianya masih nyaris sempurna walaupun sudah 13 tahun ia tidak menggunakannya sama sekali. Setelah pulang dari Indonesia, tante Fatimah bekerja dan menikah di Daejeon. Saat ini dia memiliki 2 orang anak yang masih duduk di bangku SMP.
Si tante bukan cuma ngarang-ngarang nama. Dia memang di-‘baptis’ dengan nama Fatimah oleh dekan dan teman-teman kuliahnya. Kami terhipnotis dengan cerita-ceritanya, meninggalkan Jared dan tante Kim—kalau tidak salah—teralienasi dan terpaksa cuma bisa senyam senyum roaming. Ada satu cerita begini:
“Di kelompok tante (mungkin maksudnya geng kali ya, hehe) semuanya cowok, cuma tante yang cewek. Karena tante orang Korea, cewek lagi, makanya tante dijagain banget. Pernah tante lagi jalan sama kelompok tante, nonton di bioskop. Biasanya kan jaman tante dulu sebelum filmnya main, ada iklan-iklan film lain dulu. Biasanya iklannya seksi-seksi, porno-porno. Mata tante biasanya ditutupin sama temen-temen tante, nggak boleh liat.. Nah tante ada satu temen yang alim banget. Selalu harus shalat tepat waktu. Pas itu udah adzan, jadi dia shalat di gang kursi di depan layar persis pas lagi iklan itu. Dia kan takbir yah. Pas takbir Allahu Akbar gitu, nggak sengaja lihat adegan seksi, dia langsung ngusap-ngusap muka bilang Astaghfirullah gitu! Hahahaha. Semua ketawa, dia tetep aja shalat. Haha tante inget banget itu..
Kami terlalu antusias dengan cerita-cerita si tante selama kuliah di Indonesia. Tentang WC yang nggak perlu disiram waktu KKN, tentang kucing peliharaannya yang jadi idola kucing-kucing kampung lain, tentang pacarnya yang orang sunda, kontrakannya, tentang teman-temannya yang sudah jadi orang sukses di Indonesia, tentang kampusnya, sampai tentang kagumnya dia sama muslim Indonesia, yang menurutnya tipe orang-orang yang baiknya nggak ada duanya, bahkan di Korea sekalipun. Si tante bahkan sering ikut pengajian dan yasinan di kampungnya. Hafal Al-Fatihah, surat-surat pendek, dan belajar shalat. Yang bikin tambah betah lagi, si resto sedang memutar Happy, salah satu hits Mocca yang paling tenar di Korea. Rumpi-rumpi baru selesai ketika kami sadar sudah hampir jam makan malam. Sebelum gelap, tante Fatimah dan tante Kim mulai rebutan bayarin. *yeah
Perjalanan setengah jam tak terasa sama sekali ketika dua tante gaul mengantarkan kami pulang ke dorm. Sore sedang segar dan tidak bising, musim semi sedang ranum, tidak dingin dan tidak panas. Jendela mobil dibuka lebar, angin bikin rambut berantakan dan kami masih ngobrol-ngobrol ringan ditemani lagu-lagu Korea terbaru yang cuma si tante dan Urfi yang tahu. Sore yang sempurna! Dan kami sudah bikin janji untuk bertemu lagi dengan si tante dalam waktu dekat.
![]() |
Kiri ke Kanan: Urfi, Anna, tante Kim, tante Fatimah, aku, Jared. |
Komentar