Salju! Saljuuuu!


Rabu, 16 Maret 2011.

Aku terlambat naik ke kasur dan baru bangun 30 menit sebelum kelas Organizational Behavior-ku dimulai. Untung ada Anna (Satriyani, well, tinggal ada satu Anna juga sih), yang mengetuk pintuku tepat pada waktunya.

Hari ini tidak terlalu dingin. Pojok Forecast di Laptop hanya menunjukkan angka 15 derajat celcius. Jadi aku hanya memakai kaus longgar dan kardigan hitam, meski tentu saja masih memakai longjohn di lapisan pertama. Untung saja, Profesor Song tiba 5 menit setelah kami sudah mendapatkan tempat duduk—seperti biasa, di baris paling belakang. Di tengah istirahat pertama, aku yang sedang memandangi jendela melihat sesuatu mirip bulu burung putih beterbangan di luar. Sepersekian detik kemudian aku langsung sadar bahwa itu salju! Pasti salju. Apalagi coba? Pohon di depan jendela itu pohon kapas? (Masuk akal, sih).  Atau merpati-merpati yang sedang bermigrasi ke selatan mengalami kerontokan bulu massal? (Opo tooo).


Itu pasti salju! Aku antusias sekali! Secara refleks aku bergerak meninggalkan kelas, menggandeng tangan Cho dan menyeret Anna. Waktu istirahat masih tersisa sekitar 8 menit, jadi kami bisa mengkonfimasi benda apa itu tadi. Sambil berlari-lari kecil di koridor, aku mendengar langkah kaki jadi bertambah. Oyuna dan Bunyad—teman baruku dari Uzbekistan dan teman terganteng sejauh ini (penting)—ternyata menyusul. Aku memang pernah memberi tahu mereka bahwa di negara kami tidak ada salju. Tapi Bunyad yang baru tahu fakta ini terus-terusan berkata: “Masa sih? Salju kan tinggal turun doang dari langit!”

Di luar gedung, aku mendapati bahwa benda itu memang salju! Aku bertepuk kegirangan, dan Anna bahkan tidak berhenti menganga sambil menengadah ke langit. Ketika orang-orang menyingkir dan berteduh, aku dan Anna justru keluar ke tengah-tengah halaman belakang gedung fakultas (hadoh ndeso tnaaan), diikuti oleh Cho, Yuna dan Bunyad yang jadi ikut antusias. Kami berfoto-foto dan memain-mainkan kepingan salju halus yang terus turun. Menurut Cho, ini hanya hujan salju ringan, semacam gerimis salju. Tapi kami sih tidak peduli, namanya tetap saja salju.

Tidak sadar hanya memakai 3 lapis baju, tanpa jaket atau sweater, aku mulai menggigil dan kami memutuskan kembali ke kelas, tanpa menyadari bahwa kelas sudah dimulai selama 20 menit! Tapi tidak masalah. Itu tadi benar-benar great snow-time!








Kalo fotonya udah sok dramatis kayak gini, ia adalah editan Bunyad.



.
.
.
.
.
.

Bonus, fullsize. (Kuyakin pembaca wanita penasaran teman terganteng sejauh ini itu kayak gimana): 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Devil Spends Korean Won!

My Rareness Has A Name: Kosmemophobia!

"Perkenalkan, Saya Tante Fatimah."

Arsip #3 - Bicara Musik Indie: Tentang Counter-Culture Kapitalisasi Seni

Ibuku?