Jurnal Kehamilan #1: Corona Negatif, Testpack Positif
Menulis entri secara tidak beraturan adalah hobiku. Jurnal pernikahan belum selesai, jurnal kehamilan sudah nongol. Nanti kita sesuaikan tanggal-tanggalnya ya haha.
Pasangan #CoronaWedding punya satu kondisi yang kurang lebih sama (Selain cuma bisa akad nikah super private): Program hamil gimana nih di tengah pandemi?
Aku dan Bojojojo awalnya mengkhawatirkan kehamilan saat pandemi Covid-19 ini, sebab itu sebelum menikah sempat berencana menunda hamil hingga kondisi dirasa lebih baik. Namun, pada akhirnya kami sepakat bahwa Allah SWT tahu waktu terbaik, ikhtiar kita adalah menjaga diri, menjaga kesehatan fisik, mental dan finansial sebaik mungkin. Sejak akad nikah 3 April 2020 lalu, kami akhirnya menjalani semua tantangan pandemi ini dengan tidak spaneng.
Untuk itu aku merasa perlu mencatatkan cerita kehamilan pertama, jauh dari emak, di tengah pandemi Coronavirus pula. Karena saking linglungnya, masa-masa awal kehamilan diisi dengan berselancar di dunia maya tentang pengalaman hamil saat pandemi, kali ini semoga ada yang terbantu atau setidaknya merasa punya teman senasib dan bisa saling berbagi.
Pasangan #CoronaWedding punya satu kondisi yang kurang lebih sama (Selain cuma bisa akad nikah super private): Program hamil gimana nih di tengah pandemi?
Aku dan Bojojojo awalnya mengkhawatirkan kehamilan saat pandemi Covid-19 ini, sebab itu sebelum menikah sempat berencana menunda hamil hingga kondisi dirasa lebih baik. Namun, pada akhirnya kami sepakat bahwa Allah SWT tahu waktu terbaik, ikhtiar kita adalah menjaga diri, menjaga kesehatan fisik, mental dan finansial sebaik mungkin. Sejak akad nikah 3 April 2020 lalu, kami akhirnya menjalani semua tantangan pandemi ini dengan tidak spaneng.
Untuk itu aku merasa perlu mencatatkan cerita kehamilan pertama, jauh dari emak, di tengah pandemi Coronavirus pula. Karena saking linglungnya, masa-masa awal kehamilan diisi dengan berselancar di dunia maya tentang pengalaman hamil saat pandemi, kali ini semoga ada yang terbantu atau setidaknya merasa punya teman senasib dan bisa saling berbagi.
21 April 2020: Menstruasi Kok Sedikit Sekali?
Efek samping dari menikah di tengah Pandemi Covid-19 adalah ter-karantina bersama Bojojojo di rumah berminggu-minggu lamanya. Kerja di rumah, belanja dari rumah, ngurus bisnis keluarga dari rumah, kelonan di rumah.
Kami tidak ngoyo-ngoyo amat untuk segera punya momongan. Kondisi pandemi bikin aku yang cemasan ini juga kuatir atas kerentanan kesehatan ibu dan bayi, ditambah nanti sulit untuk kontrol ke dokter atau fasilitas kesehatan. Namun usia yang sudah kepala tiga ini bikin cukup kuatir juga. Jadi, bismillah saja, setiap proses pembuatan diputuskan dilakukan tanpa pengaman. Prinsipnya: Dikasih Alhamdulillah, belum dikasih ndapapa, Allah tau waktu yang terbaik.
21 April pagi, tepat di hari Kartini (apa hubungannya), aku mendapati darah 'menstruasi'. Tanpa ekspresi langsung lapor sama suami bahwa sepertinya belum rejeki. Ya sudah, hari-hari dijalani normal saja setelah itu.
Tapi sampai malam hari, ditunggu lagi sampai besok pagi, pembalutku kok bersih sekali. Karena bulan lalu juga sempat mengalami mens terputus sehari karena stres mempersiapkan pernikahan, aku masih dengan sabar memakai pembalut lagi dan menunggu sehari lagi.
Masih bersih.
Besoknya lagi, masih bersih.
Akhirnya aku mandi wajib dan salat seperti biasa. Seumur-umur aku belum pernah mengalami mens sesedikit ini. Setelah dirunut lagi, mens 21 April ini juga 5 hari lebih cepat dari jadwal normal dan tidak melalui fase flek sebagaimana biasa. Yang ada di pikiran saat itu adalah: Stres karena karantina kali ya?
24 April 2020: Kram Perut Terus Menerus.
1 Ramadan 1441 H tahun ini jatuh di hari Jumat 24 April 2020. Karena darah menstruasi tak kunjung bersambung juga, aku menjalani puasa seperti biasa. Tapi aku masih yakin si darah akan lanjut keluar lagi suatu hari di akhir bulan ini karena kram bawah perut khas menstruasi masih terasa.
Ramadan pertama, kedua, ketiga, masih bersih juga. Mulailah mengetik kata kunci 'darah menstruasi sedikit' di mesin pencari. Hasilnya mengarahkan ke stres, penyakit tiroid, menyusui, menopause atau kehamilan.
Lha. Kehamilan.
Dari beberapa artikel yang kami temukan, ternyata darah yang sedikit bisa jadi merupakan darah implantasi. Perdarahan implantasi adalah perdarahan yang terjadi saat sel telur yang telah dibuahi berhasil menempelkan diri di lapisan dinding rahim selama 6-12 hari setelah pembuahan.* Menurut dr, Kevin Adrian di salah satu artikel kehamilan di AloDokter, pendarahan ini dapat disebut sebagai salah satu ciri-ciri kehamilan atau tanda awal kehamilan. Selain memiliki gejala yang serupa, pendarahan implantasi kerap kali terjadi berdekatan dengan jadwal menstruasi. Oleh karena itu, tidak sedikit wanita yang salah menafsirkan pendarahan implantasi dengan menstruasi. **
Jika dihitung-hitung, 21 April adalah tepat 12 hari setelah puncak masa subur, dan intercourse juga tercatat pernah kami lakukan di masa tersebut. Oh iya, sejak sebelum menikah aku rajin menghitung jadwal menstruasi di aplikasi Kalender Menstruasi, sehingga ketika sudah menikah, pola menstruasi dan puncak ovulasi bisa terbaca akurat. Di aplikasi ini juga aku mencatat intercourse, berat badan, tingkat suasana hati, tingkat deras atau tidaknya darah menstruasi dan data-data lain yang diperlukan.
Setelah mencocokkan semua ciri hamil muda, mulai dari (siapa tahu) darah implantasi, payudara mengencang, mudah lelah dan sering buang air kecil, aku dan suami langsung memesan testpack secara online. Lebih baik dipastikan daripada nggak aware sama sekali kan..
1 Mei 2020: Dua Garis yang Bikin Speechless
Testpack yang dinanti-nanti kehadirannya akhirnya datang juga 30 April 2020. Diputuskan besok paginya mau langsung kami coba, karena katanya urin terbaik untuk tes kehamilan adalah urin pertama di pagi hari. 1 Mei 2020 pagiyang nggak pagi-pagi amat, setelah baca petunjuk singkat, mengabaikan keamatiran penggunaan testpack dan buru-buru buka kemasan karena udah kebelet pipis, lalu memproses pengetesan, aku bengong di kamar mandi. Bengong campur deg-degan. Bingung untuk bereaksi.
Dasar pinter, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan setelahnya, si testpack aku simpan ke dalam saku dan aku segera keluar kamar mandi, nyuekin suami yang wajahnya menunjukkan pertanyaan besar: Garisnya berapa?
Karena kasihan melihat dia menunggu jawaban, setelah salat zuhur yang sengaja dilama-lamain do'anya, ya sudah aku tunjukkan saja si testpack.
Garisnya dua.
Suami sumringah dari ujung pipi ke ujung pipi. Aku yang masih deg-degan menambahkan embel-embel: Tapi ini baru tes pertama loh, pokoknya lusa mau nyoba lagi.
Sepanjang hari, suami terus-terusan bilang hari itu aku lebih cantik dari biasanya 😂
Sepanjang hari juga, entah beneran atau sugesti hamil, aku mual nggak karuan dan lemes males ngapa-ngapain. Jalan ke lobi apartemen aja udah lelah macam ikut lomba lari maraton.
3 Mei 2020: Gatel Pengen Tespack-an Lagi
Masih syok dengan hasil pertama, 3 Mei 2020 aku tes urin lagi dengan testpack yang sama. Hasilnya masih 2 garis juga. Saat itu bersepakat dengan suami untuk mengabari Mama dan Ibu agar setidaknya ada tips-tips awal yang diberikan untuk menenangkan si terduga Bumil baru ini. Nggak ada surprise video call dan sejenisnya, sesimpel hanya telpon dan tanya:
'Mama, Ibu, kalo punya cucu gimana?'
Selain mengabari Mama dan Ibu--yang otomatis juga Papa, Bapak dan adek-adek--kami sepakat tidak mengabari siapapun lagi, setidaknya sebelum terkonfirmasi secara medis, karena kami belum bisa ke dokter kandungan untuk memastikan kehamilan atau USG kantong janin. Aku memang tidak ingin gembar gembor soal kehamilan. Tapi di hari yang sama, salah satu temanku, Julia, kok ya tiba-tiba DM nanya sudah mens apa belum, jadi hamil apa engga. Kan sebel :D. Karena susah bohong, ya sudah dia adalah teman pertama yang tahu kalau aku sudah lihat 2 garis. Kutunjukkan testpack-ku sambil tanya apakah ini akurat atau tidak.
'Itu mah dua garisnya udah tebel banget, hamil kamu. Nyebelin!'
* https://hellosehat.com/hidup-sehat/perawatan-kewanitaan/mengapa-darah-menstruasi-sedikit/
21 April pagi, tepat di hari Kartini (apa hubungannya), aku mendapati darah 'menstruasi'. Tanpa ekspresi langsung lapor sama suami bahwa sepertinya belum rejeki. Ya sudah, hari-hari dijalani normal saja setelah itu.
Tapi sampai malam hari, ditunggu lagi sampai besok pagi, pembalutku kok bersih sekali. Karena bulan lalu juga sempat mengalami mens terputus sehari karena stres mempersiapkan pernikahan, aku masih dengan sabar memakai pembalut lagi dan menunggu sehari lagi.
Masih bersih.
Besoknya lagi, masih bersih.
Akhirnya aku mandi wajib dan salat seperti biasa. Seumur-umur aku belum pernah mengalami mens sesedikit ini. Setelah dirunut lagi, mens 21 April ini juga 5 hari lebih cepat dari jadwal normal dan tidak melalui fase flek sebagaimana biasa. Yang ada di pikiran saat itu adalah: Stres karena karantina kali ya?
24 April 2020: Kram Perut Terus Menerus.
1 Ramadan 1441 H tahun ini jatuh di hari Jumat 24 April 2020. Karena darah menstruasi tak kunjung bersambung juga, aku menjalani puasa seperti biasa. Tapi aku masih yakin si darah akan lanjut keluar lagi suatu hari di akhir bulan ini karena kram bawah perut khas menstruasi masih terasa.
Ramadan pertama, kedua, ketiga, masih bersih juga. Mulailah mengetik kata kunci 'darah menstruasi sedikit' di mesin pencari. Hasilnya mengarahkan ke stres, penyakit tiroid, menyusui, menopause atau kehamilan.
Lha. Kehamilan.
Dari beberapa artikel yang kami temukan, ternyata darah yang sedikit bisa jadi merupakan darah implantasi. Perdarahan implantasi adalah perdarahan yang terjadi saat sel telur yang telah dibuahi berhasil menempelkan diri di lapisan dinding rahim selama 6-12 hari setelah pembuahan.* Menurut dr, Kevin Adrian di salah satu artikel kehamilan di AloDokter, pendarahan ini dapat disebut sebagai salah satu ciri-ciri kehamilan atau tanda awal kehamilan. Selain memiliki gejala yang serupa, pendarahan implantasi kerap kali terjadi berdekatan dengan jadwal menstruasi. Oleh karena itu, tidak sedikit wanita yang salah menafsirkan pendarahan implantasi dengan menstruasi. **
Jika dihitung-hitung, 21 April adalah tepat 12 hari setelah puncak masa subur, dan intercourse juga tercatat pernah kami lakukan di masa tersebut. Oh iya, sejak sebelum menikah aku rajin menghitung jadwal menstruasi di aplikasi Kalender Menstruasi, sehingga ketika sudah menikah, pola menstruasi dan puncak ovulasi bisa terbaca akurat. Di aplikasi ini juga aku mencatat intercourse, berat badan, tingkat suasana hati, tingkat deras atau tidaknya darah menstruasi dan data-data lain yang diperlukan.
Setelah mencocokkan semua ciri hamil muda, mulai dari (siapa tahu) darah implantasi, payudara mengencang, mudah lelah dan sering buang air kecil, aku dan suami langsung memesan testpack secara online. Lebih baik dipastikan daripada nggak aware sama sekali kan..
1 Mei 2020: Dua Garis yang Bikin Speechless
Testpack yang dinanti-nanti kehadirannya akhirnya datang juga 30 April 2020. Diputuskan besok paginya mau langsung kami coba, karena katanya urin terbaik untuk tes kehamilan adalah urin pertama di pagi hari. 1 Mei 2020 pagi
Dasar pinter, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan setelahnya, si testpack aku simpan ke dalam saku dan aku segera keluar kamar mandi, nyuekin suami yang wajahnya menunjukkan pertanyaan besar: Garisnya berapa?
Karena kasihan melihat dia menunggu jawaban, setelah salat zuhur yang sengaja dilama-lamain do'anya, ya sudah aku tunjukkan saja si testpack.
Garisnya dua.
Suami sumringah dari ujung pipi ke ujung pipi. Aku yang masih deg-degan menambahkan embel-embel: Tapi ini baru tes pertama loh, pokoknya lusa mau nyoba lagi.
Sepanjang hari, suami terus-terusan bilang hari itu aku lebih cantik dari biasanya 😂
Sepanjang hari juga, entah beneran atau sugesti hamil, aku mual nggak karuan dan lemes males ngapa-ngapain. Jalan ke lobi apartemen aja udah lelah macam ikut lomba lari maraton.
3 Mei 2020: Gatel Pengen Tespack-an Lagi
Masih syok dengan hasil pertama, 3 Mei 2020 aku tes urin lagi dengan testpack yang sama. Hasilnya masih 2 garis juga. Saat itu bersepakat dengan suami untuk mengabari Mama dan Ibu agar setidaknya ada tips-tips awal yang diberikan untuk menenangkan si terduga Bumil baru ini. Nggak ada surprise video call dan sejenisnya, sesimpel hanya telpon dan tanya:
'Mama, Ibu, kalo punya cucu gimana?'
Selain mengabari Mama dan Ibu--yang otomatis juga Papa, Bapak dan adek-adek--kami sepakat tidak mengabari siapapun lagi, setidaknya sebelum terkonfirmasi secara medis, karena kami belum bisa ke dokter kandungan untuk memastikan kehamilan atau USG kantong janin. Aku memang tidak ingin gembar gembor soal kehamilan. Tapi di hari yang sama, salah satu temanku, Julia, kok ya tiba-tiba DM nanya sudah mens apa belum, jadi hamil apa engga. Kan sebel :D. Karena susah bohong, ya sudah dia adalah teman pertama yang tahu kalau aku sudah lihat 2 garis. Kutunjukkan testpack-ku sambil tanya apakah ini akurat atau tidak.
'Itu mah dua garisnya udah tebel banget, hamil kamu. Nyebelin!'
* https://hellosehat.com/hidup-sehat/perawatan-kewanitaan/mengapa-darah-menstruasi-sedikit/
Komentar