Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Sebelas Tahun yang Akan Datang, Akan Saya Nina Bobokan Anak Saya dengan Lagu-Lagu Frau

Tadi siang di kantor, saya baru tahu kalau album baru Leilani Hermiasih dan Oskar jadi dilaunch 19 Agustus 2013--penggemar macam apa saya ini. Malamnya setelah lembur sedikit, saya langsung mampir ke Twitter yang lalu menghubungkan saya ke info dari sebuah radio yang menghubungkan saya lagi ke Yes No Wave, dan saya jejingkrakan. Versi bebas unduhnya sudah ada! Tadi sih saya memang hanya mengunduh album, tapi deg-degannya seperti sedang menunggu esai yang sedang dibaca tim juri. Saya hanya mengklik 'play in winamp' tapi antusiasmenya seperti mau dapat beasiswa ke Alberta. Yah, namanya juga penikmat garis keras. Lalu saya jalan-jalan. Sendirian saja. Sambil memejamkan mata. Something More seperti pintu. Sepertinya saya baru keluar dari rumah yang saya huni sejak 2008 bernama Starlit Carousel, yang pintu keluarnya berhadapan langsung dengan pintu masuk rumah tetangga yang masih sangat baru, namanya Happy Coda . Interior ruang tamu si rumah begitu berbeda, tapi saya tidak kag...

Untukmu dan Kita yang Menua Bahagia

Gambar
Kereta ini, menuju ke mana? Ke suatu tempat, aku tak tahu di mana. Namun telah kukemasi rapat-rapat  sekantung bekal yang kemarin kita masak di bawah petak-petak cahaya redup-terang. Di sudut bernama dahulu Tertinggal gundukan sesal dan rasa malu yang bebal.. Tinggalkan saja. Karena kereta tak mau menanti, tak berhenti, tak kembali. Genggam sajalah tanganku, kita jalan-jalan di gerbong waktu..   Tempat kita melihat seorang bocah melompat-lompat di kursinya melambaikan tangan menyapa senja, saat kelabu jingga-nya kita tuduh sebagai epilog teater hari cerah di luar jendela. Kita lupa matahari tak benar-benar pergi Hanya berputar sejenak untuk kembali lagi. Lalu,  ketika dari balik cerobong untuk kesekian kali matahari muda menggumul kantuk dan kicau anak burung berbaur sesaput kabut. Sapamu padaku: Lihat kan, sayang? Hidup baru dimulai .. ( 11 Juli 2013 - Selamat Ulang Tahun ... )

Bertemu Senja

Gambar
Kemarin, ketika menjalankan tugas berkunjung ke desa transmigrasi Talang Jawa di kabupaten PALI, Sumatera Selatan, aku tak sengaja kembali bertemu 'senja'. Menyenangkan. Lama tak berjumpa. Cantik sekali, seperti biasa. 'Busana'-nya hari ini sangat sederhana: jajaran pohon pisang, nangka, dan beberapa tanaman liar, dengan sedikit siluet sayap burung melintasi wajahnya yang merona jingga. Sejenak kualihkan lensa ke arahnya. Senja tidak pernah banci kamera--aku yang banci senja--tapi selalu berhasil membuat aku terpesona, membuat tenang sekaligus antusias, damai sekaligus girang, sedih--karena hadirnya begitu singkat--sekaligus jatuh cinta, betapapun seringnya aku bertemu dengannya. Senja tidak pernah absen, meski kadang kedatangannya terabaikan, dianggap biasa saja, atau kadang tak sempat dilihat. Tak banyak yang menanti atau memperhatikan kapan ia berkunjung dan kapan ia berlalu. Senja tetap saja selalu datang, tak pernah tak tepat janji. Itu sebabnya aku suka sen...

Another Reason to Thank God #1

Barusan, baruuuuu saja, saya mengantarkan seorang Ibu meninggalkan kantor. Jam 2 tadi, pintu ruangan saya diketuk oleh sekuriti dari Main Gate. "Mbak, ada ibu-ibu dateng katanya mau ketemu.." "Siapa, Mas? Mau ketemu siapa?" "Siapa aja katanya Mbak.." "Loh?" Sembari menuju teras kantor, Mas Frenki, sekuriti kami, menjelaskan bahwa Ibu tersebut berasal dari desa Tanjung Dalam, pinggiran Sungai Lematang. Anaknya meninggal di Bangka Belitung dan beliau tidak punya uang untuk datang ke pemakaman anaknya di sana. Ketika membuka pintu depan, saya mendapati sosok Ibu berusia sekitar 60 tahun. Sekitar -nya itu versi saya sebenarnya. Ketika saya ajak masuk, si Ibu tidak mau. Katanya badannya kotor. Saya tanya dari mana; "Aku mungut barang-barang bekas Nak, kasarnyo pemulung lah. Dikit dapat hari ikak.. sekarung dak sampai," "Dem dari jam berapo tadi Bu?" "Mulai jam sepuluh ikak lah, tapi kan tadi ujan deras jadi b...

Kisah Negeri Farfaraway *

Gambar
Alkisah, sebuah negeri dikarunia harta bawah tanah yang begitu kaya. Di satu titik, sumur mereka menyemburkan minyak. Sementara di titik lain, batu bara terdorong keluar oleh cangkul petani paruh baya yang hendak menanam kentang. Gas alam terpancar di beberapa gundukan batu yang dijadikan api abadi oleh para penduduknya. Beberapa memasak air, memanggang kalkun bahkan menghangatkan diri ketika musim dingin singgah. Negeri ini bernama negeri Farfaraway. Istananya megah dan indah berpoles warna-warna cerah. Para anggota kerajaan dan para pegawai kepercayaan hidup sangat berkecukupan. Tidak demikian penduduknya. Tahun ini, para penduduk yang bekerja sebagai buruh istana di negeri Farfaraway harus bekerja melewati jam kerja. Mereka mendapat tugas ekstra menggali sumur, menggemburkan lahan kebun dan membersihkan kamar raja lebih dari biasanya. Namun berulang-bulan para buruh mendapati upah mereka tidak bertambah. Selama berbulan-bulan, dari mulut ke mulut, mereka mendengar kata “...

Sebut Saja Negeri Srunthul (Bagian 2)

2 minggu menjelang pemilihan Raja baru, Mahapatih kembali mengadakan pesta besar-besaran di lapangan terbesar di kerajaan. Semua warga diundang berjoget, bernyanyi dan mendengarkan pidato-pidato mahapatih yang disambut riuh rendah para penduduk desa. Beberapa jam kemudian, mereka pulang ke rumah masing-masing dengan membawa 1 keping mata uang Srunthul yang cukup untuk dibelanjakan sandal jepit. Mereka sangat bahagia menggenggam sekeping uang pemberian mahapatih, dan hal itu mereka kenang sepanjang masa. Semua pegawai kerajaan tunduk pada perintah mahapatih untuk tidak memilih siapapun selain dirinya. Ratusan pegawai kerajaan sangat kuatir jika posisi mereka akan digeser bahkan dibuang jika tidak memilih mahapatih. Para kepala suku mendatangi rumah-rumah untuk menyampaikan pada semua warga bahwa jika mereka tidak memilih mahapatih sebagai raja baru, desa mereka akan sengsara, nama mereka akan diingat sebagai pengkhianat dan mereka tidak akan pernah mendapatkan jatah roti gandum untu...

Sebut Saja Negeri Srunthul (Bagian 1)

Nun jauh di sana, sebuah negeri bernama negeri Srunthul harus merelakan Raja mereka karena sudah memerintah terlalu lama. Sudah habis masa jabat-nya. Sang Raja bukanlah Raja yang bijaksana, bukan pula raja yang cerdas dan bersahaja. Sang Raja tua justru terkenal dengan gaya hidup mewah nan glamor. Begitupula istrinya. Sang Ratu sangat suka berbelanja dan bernyanyi, meski pendengarnya harus mengelus dada. Para pengikut Ratu yang kebanyakan wanita-wanita berusia 40-50 tahunan, selalu bertepuk-tepuk tangan mengitari Ratu setiap kali dirinya bernyanyi di pesta-pesta rakyat ataupun pernikahan. Namun penduduk Srunthul sepertinya tidak terlalu mempersoalkan. Srunthul adalah negeri berusia muda yang masih belum mengerti betul apa yang mereka butuhkan. Usia sang Raja yang sudah terlalu tua membuat negeri Srunthul mau tidak mau harus mencari raja baru. Seorang calon pemimpin yang bisa membawa negeri Srunthul yang kaya akan sumber daya alam menjadi negeri yang sejahtera dan bebas korupsi. Y...

Brebes Mili Pasca Wisuda

Gambar
Sempat lihat foto orang-orang yang nangis pas wisuda di sebuah situs jejaring sosial. Mungkin saking bahagianya, atau saking sedihnya. Dulu--dulu nih--agak heran dengan yang nangis karena sedih, soalnya nggak ngerasa sama sekali bahwa wisuda itu menyedihkan, atau lulus itu menyedihkan. Lulus itu membahagiakan! Secara proses mendapatkannya semacam kombinasi antara niat, kerajinan, kenekatan, keberanian ngajak dosen diskusi, intensitas ke perpus, cambukan liat temen-temen yang wisuda duluan, dosen pembimbing dan faktor luck-- ada loh temen yang sidangnya ditunda setahun atau ditinggal dosen ke luar negeri sampe 3 kali! Dan rasanya lolos dari proses itu kayak naik paus akrobatik sambil minum cappucino sachet-an. *apa sih*

Apel Adam

Gambar
Dear pembaca (kalau ada yang baca), saya sedang bermaksud membuat postingan dengan subjektifitas berlebihan pada sebuah kelompok seniman yang menyebut diri mereka Melancholic Bitch. Entah ini postingan saya yang keberapa tentang Melbi. Mohon jangan lempari saya dengan tomat kalau pembaca sekalian bosan. Dengan apel saja, ya.  Jadi, ini dia, namanya Apel Adam . Bukan jakun. Ini semacam narasi berbalut musik dari album Balada Joni dan Susi, yang ketika didengarkan membuat kita membayangkan Joni yang tengah berlari menghidari massa, membuat kita ingin memeluk Susi yang sedang sakit dan bikin kita pengin injek-injek pemerintah pakai gajah dan buldozer. Saya iri sekali dengan Lani alias Frau (memangnya saya siapa?) yang bisa mengawinkan pita suaranya dengan Ugo pada malam konser Keracunan Ingatan tahun lalu yang justru membuat lagunya jadi semakin menyayat-nyayat. Dan, ya ampun, betapa seksinya suara Ugo di sini!

Masak Masyuk #1: Pak Man, eh, Pac Man Rainbow Cake

Gambar
Jadi ingat. Suatu hari aku dan pangeran kodok begitu terobsesi dengan Rainbow Cake--berarti setiap hari obsesi kami berubah-ubah? Betul sekali ;) Tapi sebagai pasangan pencari lokak , kami bukan terobsesi buat makan, melainkan memanfaatkan ketenaran kue pelangi ini untuk bikin bisnis *dasar. 5 hari sebelum pulang kampung permanen, kami membeli satu potongan besar Rainbow Cake di salah satu toko kue di dekat kos adikku di Jogja, di kawasan jalan Flamboyan, Deresan. Setelah icip-icip rasa, kualitas, tekstur dan browsing resep, kami--tepatnya aku--pede bisa bikin yang sama persis seperti yang kami beli. Mulai deh aku dan si pacar berburu bahan-bahan. Mulai dari pilah pilih esens pasta 6 warna sampai krim keju yang enak tapi nggak nguras kantong. Meski popularitas kue ini sedang lucu-lucunya, agak sulit menemukan esens enam warna yang aku cari, karena kebanyakan hanya berupa pasta yang tidak memiliki aroma alias pewarna saja. Dan memilih esens ini juga harus cermat betul akan kand...