Sebut Saja Negeri Srunthul (Bagian 1)

Nun jauh di sana, sebuah negeri bernama negeri Srunthul harus merelakan Raja mereka karena sudah memerintah terlalu lama. Sudah habis masa jabat-nya. Sang Raja bukanlah Raja yang bijaksana, bukan pula raja yang cerdas dan bersahaja. Sang Raja tua justru terkenal dengan gaya hidup mewah nan glamor.

Begitupula istrinya. Sang Ratu sangat suka berbelanja dan bernyanyi, meski pendengarnya harus mengelus dada. Para pengikut Ratu yang kebanyakan wanita-wanita berusia 40-50 tahunan, selalu bertepuk-tepuk tangan mengitari Ratu setiap kali dirinya bernyanyi di pesta-pesta rakyat ataupun pernikahan. Namun penduduk Srunthul sepertinya tidak terlalu mempersoalkan. Srunthul adalah negeri berusia muda yang masih belum mengerti betul apa yang mereka butuhkan.

Usia sang Raja yang sudah terlalu tua membuat negeri Srunthul mau tidak mau harus mencari raja baru. Seorang calon pemimpin yang bisa membawa negeri Srunthul yang kaya akan sumber daya alam menjadi negeri yang sejahtera dan bebas korupsi. Ya, negeri Srunthul, sejak merdeka dari negeri Srinthil, terbelit kasus korupsi yang menggila. Yang terakhir bahkan dilakukan oleh sang Raja sendiri. Namun demikian, meski sudah santer terdengar hingga negeri-negeri tetangga, sang Raja bebas dari segala tuntutan bahkan bisa terus menjabat sebagai raja sampai saat ini. Saat di mana Undang-undang sudah tidak bisa menyelamatkan Raja untuk selalu memegang tahta. 

Untuk itu, segala sesuatunya dipersiapkan guna menggelar pesta pemilihan raja baru. Pendaftaran dibuka. Siapapun boleh mengajukan diri asalkan memenuhi persyaratan dukungan minimal dan menyerahkan laporan kekayaan.
 
Namun, tidak ada calon lain yang lebih kuat dari sang Mahapatih.


 

Mahapatih adalah tangan kanan Raja, yang sudah paham betul seluk beluk kerajaan. Mahapatih tidak terlalu kaya. Hanya saja ia memiliki kuasa atas setoran para saudagar dan memiliki orang kepercayaan yang tak terhingga jumlahnya. Di tahun-tahun terakhir, mahapatih bahkan lebih dikenal ketimbang Raja Srunthul sendiri, karena setiap hari ia memunculkan dirinya di hadapan publik, membuka rumahnya untuk didatangi para warga, berkeliling melambaikan tangan ke seluruh jalan utama dengan kereta kencana, menghadiri acara dan pesta-pesta rakyat dan tak lupa selalu menyelipkan keping emas Srunthul kepada mereka dengan ucapan "Ibu-ibu, tolong jangan lupakan saya ya.."

Tak diduga, sebelum pendaftaran ditutup, mahapatih mendapatkan saingan berat, seorang saudagar kaya yang memiliki pengikut dari pesisir, yang ternyata lebih banyak dari dirinya. Kini keduanya bersaing ketat, berebut mencuri hati rakyat Srunthul dengan berbagai cara. Mahapatih gusar karena kekayaannya lambat laun makin habis untuk berkampanye dan semakin gusar ketika sang saudagar mengumpulkan para cendikiawan untuk berada di pihaknya.

Mahapatih tidak menduga bahwa dirinya memiliki pesaing. Oleh sebab itu, ia dan para pengawalnya semakin gesit untuk mempromosikan diri dan mengatur strategi. Gambar-gambar sang mahapatih tersebar di mana-mana. Salah seorang penasehatnya mengatakan, itu yang disebut teknik persuasi politik lewat pencitraan di media. Mahapatih tidak terlalu mengerti. Yang ia tahu, keping emas terus mengalir dari kantongnya untuk membiayai semua upaya pemenangan dirinya atas si saudagar kaya.

Mahapatih yang masih menjabat sebagai patih, memiliki akses yang lebih mudah untuk hadir di berbagai acara. Dalam sebuah acara keagamaan di aula kerajaan, mahapatih hadir bersama sang istri untuk menjadi pembicara. Mahapatih menyadari pesonanya yang luar biasa dapat memikat ibu-ibu di aula kerajaan yang memang sudah menjadi penggemar setianya. Dalam ceramah keagamaannya, mahapatih sesekali menangis mengatakan betapa banyak orang yang tidak mengetahui bahwa mahapatih sangat mencintai mereka dan negeri Srunthul. Tidak ada hal lain yang dipikirkan mahapatih selain rakyat dan kerajaan.

Tangisan mahapatih mengundang semua hadirin ikut meneteskan air mata. Beberapa perempuan desa mengelus-elus punggung istri mahapatih yang menangis tak kalah hebatnya.

Sesaat kemudian, mahapatih kembali mengingatkan betapa besar jasa yang ia perbuat untuk kerajaan dan seluruh Negeri Srunthul. Bagaimana mahapatih memerintahkan timnya untuk menambal jalan-jalan berlubang dan menyalurkan roti gandum kualitas rendah untuk rakyat-rakyat miskin secara gratis. Tak lupa mahapatih kembali mengingatkan agar para jemaat yang hadir di aula kerajaan untuk tidak ragu-ragu memilih dirinya sebagai Raja Baru negeri Srunthul.

Meski di antara jemaat ada beberapa orang pegawai kerajaan dan ahli hukum kerajaan yang tahu bahwa politik tidak boleh dibawa dalam forum keagamaan, mereka hanya diam terpana dengan monolog mahapatih yang sangat mengagumkan, yang sesekali dilatari "Ooooooh..." dan "Waaaaaaah" dari para hadirin.

Begitulah. Mahapatih berpindah dari satu acara ke acara lainnya dengan para pengawal dan kereta kencana inventaris istana..

(Bersambung..)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Devil Spends Korean Won!

My Rareness Has A Name: Kosmemophobia!

"Perkenalkan, Saya Tante Fatimah."

Arsip #3 - Bicara Musik Indie: Tentang Counter-Culture Kapitalisasi Seni

Ibuku?