Jurnal Kehamilan #4: Bakoh dan Pecicilan ala Trimester Kedua
Kehamilan kami ini adalah nyaris plek ketiplek artikel-artikel kehamilan. Kalau Bumil ingin melihat ejawantah ciri dan gejala kehamilan trimester 1 dan 2 yang disebut-sebut oleh banyak jurnal dan artikel di internet, sini tak kandani.
Setelah cerita-cerita trimester pertama pada jurnal sebelumnya, di mana aku bersahabat secara paksa dengan rasa mual dan lemas, tepat di minggu ke 12 mualku mendadak hilang. Pops! Lalu dalam hitungan sekitar 1 minggu setelahnya, aku juga mulai toleran pada semua bau-bauan yang menyebalkan seperti bawang, uap nasi dari rice cooker, minyak goreng bekas dan masakan tetangga apartemen yang entah kenapa selalu sama. Segera setelah itu, aku sudah mulai bisa memasak lagi! Akhirnya berakhir sudah masa-masa Grab-Food dan Go-Food yang menyesakkan (Karena boros) itu.
Karena terlalu fit, hampir tidak ada masalah berarti yang aku hadapi di trimester 2 kecuali diomeli suami terus-terusan karena banyak polah alias pecicilan. Gimana dong ya, sudah nggak mual, badan terasa enak, nafsu makan kembali normal dan pekerjaan kantor dan rumah juga banyak. Diriku yang sebelum hamil sukanya multitasking ini jadi bisa kembali melakukan kemultitaskinganku dengan lincah dong.
Oh iya, aku adalah Bumil Amatir yang secara sotoy awalnya menghitung trimester dengan mathematically 3 bulan-3 bulan. Jadi aku pikir, trimester 1 adalah 0-12 minggu, timester 2 adalah 13-24 minggu, dan trimester 3 adalah 25-36 minggu (Atau diperpanjang sampai melahirkan). Tapi setelah lumayan jauh membaca Kitab Hamil What to Expect When You're Expecting, tanya- ke dokter kandungan dan membaca jurnal-jurnal kebidanan dan kehamilan, aku baru tahu bahwa dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu, (Maksimal 43 minggu) dan 3 trimester yang dimaksud adalah*:
- Trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu (Minggu ke-0 hingga ke-12)
- Trimester kedua 15 minggu (Minggu ke-13 hingga ke-27)
- Trimester ketiga 13 minggu (Minggu ke-28 hingga ke-40 atau hingga melahirkan)
Ambo mau sharing fenomena-fenomena trimester 2 dalam 3 fase nih, Bumils! Siapa tahu bisa menenangkan Bumil baru era pandemi *biar merasa ada temennya*, bisa dibaca lagi nanti pas hamil kedua *eh*, dan ngasih info buat yang promil, soal lika liku perhamilan inii..
MINGGU 13-17
Bebas Mual! Bisa Mudik Singkat, Bebs.Minggu ke-13 adalah minggu penyesuaian. Mual dan muntah yang biasanya terjadi 3-6 kali sehari, bisa hilang drastis sama sekali seharian. Dalam minggu ke-13 hanya terjadi 2 kali mual dan muntah dan pada minggu ke-14 hingga 16, sudah tidak ada muntah sama sekali.
Pada fase ini, pusing dan lemas juga lenyap. Kemampuan berjalan kaki menjadi lebih baik, nafas lega, dan kondisi kesehatan secara umum sangat baik sehingga sudah bisa melakukan perjalanan agak jauh meskipun dengan protokol kesehatan super ketat. Pada fase ini adekku menikah Gengs, 11 Juli 2020. Sudah barang tentu aku harus mudik, mana mungkin melewatkan momen pernikahan adek perempuan satu-satunya dan mengecewakan orang tua (Alias dipecat jadi anak) kalau tidak bisa hadir. Dengan pertimbangan berkali-kali, matang dan cukup menguras energi, kami berangkat juga ke Prabumulih, Sumatera Selatan pada usia kehamilan 14 minggu. Aku bagi beberapa #TipsBumilAmatir untuk bepergian jauh (Dengan pesawat udara) ketika hamil dan di masa pandemi ya:
- WAJIB berkonsultasi ke dokter masing-masing, apakah kehamilan kita aman untuk dibawa bepergian atau tidak. Pada kasus teman-temanku, beberapa diberikan penguat kandungan, beberapa lagi diizinkan bepergian tanpa syarat karena kondisi kesehatan yang baik.
- Usahakan meminta surat keterangan dari dokter kandungan yang menyatakan bahwa memang kondisi kesehatan baik dan layak untuk bepergian. Jangan tiru diriku Bebs yang tidak tahu bahwa surat ini diperlukan, karena memang Bandara Soetta dan maskapai yang aku naiki tidak meminta dokumen ini. Namun Bandara SMB II Palembang dan maskapai lain yang kami gunakan untuk pulang ke Jakarta ternyata memerlukan surat keterangan. Walhasil aku harus ke kantor kesehatan bandara untuk pemeriksaan singkat kondisi kesehatan kehamilan seperti tekanan darah, suhu, detak jantung dan lain sebagainya sebelum dinyatakan layak terbang.
- Lakukan tes bebas Covid-19 sebelum membeli tiket pesawat, kecuali jika maskapai menyediakan fasilitas rapid test dengan syarat menunjukkan tiket, yang artinya ya harus beli tiket dulu. Was-was nggak sih, kalau reaktif gimana dong?
- Agar tidak reaktif, jaga kesehatan sebelum hari-H keberangkatan. Makan dengan gizi seimbang dan jangan diet-diet dulu deh, tidur minimal 8 jam per hari, minum air putih yang banyak macam orang haus habis lari marathon, dan konsumsi vitamin secara rutin, hindari pemicu flu dan batuk atau pemicu alergi lainnya selama masa minimal 1 minggu sebelum tes.
- Usahakan datang ke bandara 4 jam sebelum waktu boarding. Pertama, tentu karena ketika pandemi prosedur pemeriksaan SWAB/Rapid Test dan screening pra-boarding menjadi lebih ketat, antrian lebih panjang. Kedua, karena Ibu hamil butuh waktu ekstra untuk melapor ke petugas dan membutuhkan waktu ekstra juga untuk banyak beristirahat seperti minum dan pipis, atau mungkin melakukan prosedur pemeriksaan kesehatan dadakan seperti yang aku alami di Palembang.
- Pilih maskapai yang membatasi jumlah penumpang. Ada sih maskapai low cost yang tidak perlu disebutkan namanya--atau kita sebut saja Voldemort--mengabaikan pembatasan jumlah penumpang, dengan menggabungkan beberapa penerbangan menjadi satu, sehingga jumlah penumpang di satu pesawat mendekati 100%. Tentu jadinya tidak ada social and physical distancing sama sekali di dalam pesawat. Maskapai Voldemort ini mengompensasinya dengan memberikan face shield kepada semua penumpang yang wajib dipakai selama penerbangan. Kami lalu kapok, dan pada penerbangan kembali ke Jakarta, kami memilih maskapai lain yang Alhamdulillah sangat mematuhi protokol kesehatan dan pembatasan penumpang.
- Tidak menggunakan transportasi umum (Bis, travel, kereta api) saat transit dari bandara ke rumah. Kami memilih melakukan charter 1 mobil khusus, yang sebenarnya berbiaya tidak terlalu berbeda dengan membeli tiket travel Palembang-Prabumulih (Travel 130 ribu per orang, charter 350 ribu per 2 orang). Selain itu, charter mobil Bandara-Rumah dapat memastikan kita sampai langsung ke rumah tanpa mampir-mampir dan dalam waktu yang lebih cepat juga.
- Mandi, rendam semua pakaian selama perjalanan dan jaga diri untuk tidak bersentuhan dan berinteraksi terlalu dekat dengan siapapun, bahkan keluarga sendiri di kampung halaman.
- Tetap makan sehat dan jangan skip multivitamin daya tahan dan kehamilan selama perjalanan dan di kampung halaman.
Oh iya, selain karena nafsu makan mulai pulih, ternyata kebahagiaan yang didapatkan ketika bertemu keluarga saat kehamilan sangat membantu meningkatkan mood dan nafsu makan, apalagi untuk Bumil Amatir perantauan seperti aku. Jika pada trimester 1 berat badanku tidak naik sama sekali, sepulang dari mudik singkat, berat badanku langsung naik 1 kg di hari pertama di rumah kampung halaman, dan 1 kg lagi di hari terakhir. Akhirnya..
Di minggu berikutnya, sembari menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kantor dan laporan riset yang tertunda, aku mulai mengeksplorasi lagi kemampuan memasak karena sudah bakoh menghadapi semua jenis bumbu dan bau. Terlebih karena suami (Dan aku sendiri) setiap hari maunya mempersiapkan bekel makan siang, ketimbang suami harus beli di luar yang tentuuu saja belum terjamin gizi dan kebersihannya, mahal dan memperbesar peluang berkontak dengan banyak orang. Saking semangatnya, sampai-sampai isi kulkas penuh bahan masakan (Sebagian busuk sebelum sempat dipakai karena terlalu banyak yang dibeli, jangan ditiru yak) dan sempet-sempetnya bikin akun Cookpad untuk mengabadikan semua karya perdapuran ini! Haha.
Frekuensi Buang Air Kecil Meningkat TajamFase ini dipenuhi dengan banyak hal menyenangkan, salah satunya sesuatu yang ditunggu-tunggu para Bumil yaitu gerakan janin. Pada satu hari tepat ketika menginjak minggu ke-16 di aplikasi kehamilan, aku merasakan kedutan pertama kali di rahim ketika sedang males-malesan setelah makan malam di sofa ruang tamu. Rasanya? Berbeda dengan keroncongan karena lapar, gemuruh saluran cerna atau gelegak gas-gas dalam perut. Gerakan ini halus dan terjadi hanya sesekali, tidak konstan. Sesaat lalu hilang. Seketika menyadari bahwa saat itu adalah genap 16 minggu, aku segera mencatat di Kalender Kehamilan: Kedutan pertama yang berhasil dirasakan terjadi pada 18 Juli 2020 di sisi kiri dan tengah bawah perut.
Meski dengan semangat langsung memberi tahu suami, rasanya sia-sia karena belum ada yang bisa merasakan kedutan ini selain si Ibu sendiri. Menurut dr. Erdwin, pada usia ini gerakan janin yang akan terasa oleh Ibu masih berupa kedutan karena tubuh bayi belum cukup besar untuk bergerak menyentuh dinding rahim, sehingga yang dirasakan adalah pergerakan air ketuban karena gerakan janin, dan ditangkap Ibu sebagai kedutan-kedutan ringan. Pada minggu ini juga aku mensegerakan diri ke laboratorium Bio Medika Kebon Jeruk untuk menunaikan pemeriksaan kesehatan sebelum kunjungan dokter kandungan ke-2 kali.
Pemeriksaan Laboratorium MenyeluruhDi minggu ke-17, kami melakukan pemeriksaan lagi ke dokter kandungan kami, dr Erdwin Rakun, Sp.OG. Sedikit terlambat dari jadwal karena ketika sampai ke Jakarta sehabis mudik, kami harus melakukan pemeriksaan lab terlebih dahulu seminggu sebelumnya untuk mengetahui kondisi kesehatanku (Cek Jurnal Kehamilan #3 untuk tahu kenapa Bumil amatir perlu cek lab). Hasil tes laboratorium dari Bio Medika langsung keluar H+1 dari tanggal pemeriksaan, satu salinan dikirim ke email kita dan hardcopy hasil tes diberikan kepada dokter perujuk, dalam hal ini dr. Erdwin Rakun.
Ternyata eh ternyata eh ndilalah, saat melakukan konsultasi kedua dengan dr Erdwin dan belio melakukan analisis hasil tes lab, hasil hematologi dan urinalisisku distabilo gede-gede. Hemoglobinku rendah, dan urinku mengindikasikan masalah.
Hb rendah memang biasa terjadi pada Ibu hamil, namun setidaknya dengan mengetahui lebih awal, kita bisa mengantisipasi dengan multivitamin dan makanan penambah sel darah merah. Kadar Hb-ku hanya 10 di mana ambang normal minimal adalah 12. Namun karena tidak disertai gejala, seperti mudah lelah, sakit kepala, dan sesak napas, kondisi ini belum diperlakukan secara khusus.
Lain halnya dengan masalah urin. Pada fase ini memang frekuensi buang air kecil ambo sangat tinggi. Siang hari 2 jam sekali setidaknya kebelet pipis. Setiap malam saat jam tidur bisa 3-5 kali bolak balik buang air kecil. Ditambah dengan kebiasaan-kebiasaan buruk lain, kerjasama ciamik semua faktor ini menyebabkan kadar bakteri dan leukosit di urinalisisku tinggi. Leukosit bahkan sampai penuh. Hal ini pada kondisi kehamilanku dan suami, kemungkinan besar disebabkan:
- Secara sengaja menahan pipis: Kebiasaan buruk ini biasanya terjadi saat sudah mulai konsentrasi bekerja. Saking antusiasnya karena sudah bisa bekerja tanpa mual dan lelah, biasanya aku bekerja tanpa ingat waktu dan belum akan beranjak dari meja kerja kecuali untuk makan dan salat.
- Secara TIDAK sengaja menahan pipis, yang utamanya terjadi saat istirahat malam hari. Naluri untuk tidak mengompol dan sinyal buang air kecil yang kadang samar-samar membuat setiap malam alam bawah sadar menahan keinginan BAK. Saat sudah sampai puncaknya, barulah rasa kebelet membangunkan empunya badan untuk BAK dan saat itu kandung kemih sudah sesak kepenuhan. Baik sengaja ataupun tidak, menahan urin yang seharusnya keluar adalah tindakan mengunci urin kotor di dalam saluran kemih, dan membuat bakteri terdorong balik ke saluran penting tersebut.
- Ukuran perut yang mulai membesar di trimester kedua. Karena posisi rahim adalah tepat di atas saluran kemih, janin kesayangan yang makin besar ini akan menekan kandung kemih sehingga bakteri terjebak dan berkembangbiak di dalamnya. Saluran ureter perempuan hamil yang melebar juga bisa menjadi salah satu faktor umum.
- Frekuensi BAK yang terlalu sering, buka tutup panties berkali-kali, membuat kondisi kelembapan area V tidak terjaga. lalu diingatkan bahwa saat hamil, area V harus selalu kering dan bersih, jika tidak, bakteri jahat akan tumbuh subur mengalahkan bakteri baik. Sejak itu, tisu toilet dan handuk bersih selalu aku siapkan di toilet. Tips lain dari dokter adalah, sering-seringlah tidak menggunakan panties saat sedang tidur dan sedang di rumah, untuk membiarkan area V bernafas dan tidak lembap.
Alhamdulillah, 2 minggu pengobatan dan mengikuti saran-saran teknis dokter, hasil urinalisis kedua: Negatif bakteri dan leukosit urin. Bersyukur sekali Buibuuu, leganya..
Oh iya. Ada beberapa kondisi lain yang bisa menyebabkan ISK, seperti: Tingginya kandungan gula Bumil, yang merupakan makanan bagi bakteri di saluran urin. Bisa juga karena konsumsi alkohol, nikotin dan kafein berlebihan, daya tahan tubuh rendah sehingga tubuh tidak bisa melawan bakteri jahat, kebiasaan berbasuh yang salah setelah BAK, hubungan seksual tidak sehat, penyakit kelamin menular (Amit-amittt jangan yaa).
Segera konsultasikan ke dokter kalau sudah ada gejala fisik ya Bumils, ISK bisa membahayakan janin lho (Berulang-ulang ih ambo. Bosen kan).
Dalam kunjungan kedua kami ke dr Erdwin Rakun, Sp.OG, setelah analisis hasil lab, kami disarankan untuk mulai melakukan USG 4 Dimensi untuk melihat kelengkapan organ janin dan pemeriksaan yang lebih mendetail. Tapi sebelumnya, dr Erdwin mengintip dulu kondisi bayi kesayangan dengan alat USG 2 Dimensi di ruangannya
"Yak semua bagus, berat sangat bagus sesuai usianya, bla bla bla.. dan ini bayinya laki-laki nih. Itu zakarnya, itu monasnya"
Lha. Udah keliatan 'Monas'nya.
Dengan pernyataan mendadak dan tidak dramatis dari dr.Erdwin, aku kaget dong, tapi dalam hati girang bukan main, karena tahu betapa Bojojojo ingin anak pertamanya laki-laki. Kami memiliki latar sejarah tersendiri soal ini. Sehingga sejak sebelum menikah pun, yang selalu tervisualisasikan adalah anak pertama kami laki-laki, bahkan sejak pedekate kami sudah berbagi soal nama anak laki-laki yang diinginkan masing-masing. Meskipun sudah terjadi diskusi dan penekanan berulang kali bahwa apapun jenis kelamin anak, kami terima dengan rasa bahagia yang sama besar.
Benar saja, meski ketutupan masker, terlihat jelas muka suami girang bin sumringah.
- Kelengkapan organ dalam tubuh, karena pada timester kedua, semua organ tubuh utama seharusnya sudah selesai terbentuk, yaitu otak besar, otak kecil, jantung dan 4 biliknya (Denyut jantung akan terlihat jelas di layar), ginjal, lambung, paru-paru, saluran kemih, pankreas dll.
- Kondisi detail anggota tubuh bagian luar: Jumlah jari tangan dan kaki, kondisi tangan dan kaki, alat kelamin, mata, telinga dan hidung, bibir sumbing atau tidak, lingkar kepala, lingkar perut, panjang dan berat janin.
- Kondisi ruang kehamilan: Letak dan kondisi plasenta, lilitan tali pusar, jumlah cairan ketuban.
- Struktur tulang janin: Susunan tulang belakang, tulang tengkorak, dan tulang tangan-kaki.
Anak Bayik yang Selalu Bangun Tiap USG dan Polahnya Ada-ada Saja
(I mean, how could you possibly put your head, hands and feet up together and even wave your hand to the screen!)
Konstipasi
Hal yang mulai harus diwaspadai oleh Bumil pada trimester kedua adalah susah BAB. Aku versi gadis adalah manusia dengan metabolisme yang cukup baik. Setiap pagi rutin BAB dan sangat jarang bermasalah dengan konstipasi. Pada sekitar minggu ke-20, terjadilah hal yang plis jangan pernah terjadi pada Bumil manapun yaa. Di minggu ke-20 ini aku sedang dikejar deadline laporan riset, yang membuat stres, pola makan kurang sehat (Alias makan yang ada aja, tidak memikirkan keseimbangan gizinya), dan konsumsi buah juga tidak teratur. Beberapa hari tidak menyadari pola ini, tau-tau aku merasa perut sangat penuh, susah bergerak, begah dan setelah dihitung, benar saja, sudah 5 hari lebih tidak BAB. Biasanya aku segera sadar ketika lama tidak BAB, tapi kali ini tidak. Aku sudah coba duduk di toilet meski ndak mules, namun tetap tidak berhasil. Pada hari ke 6 atau 7, aku mencekoki diri dengan makan pepaya sebanyak mungkin dan minum yoghurt 2 botol per hari. Syukurlah BAB mulai berhasil meski sedikit demi sedikit dan prosesnya menyakitkan. Konstipasi pada Ibu hamil juga disebut dapat memicu ambeien. Hiks..
That Real First Kick!
Gerakan samar yang masih menyerupai kedutan yang aku alami, berubah menjadi tendangan pada sekitar minggu ke-20 atau 21 dan mulai bisa dirasakan Bapaknya ketika menempelkan telinga dan pipi ke perut, meski dengan mengernyit dan meragukan: "Ini tendangan atau gilingan makanan di lambung, Yang?"
Aku tidak ingat persisnya, tapi semakin hari, tendangan semakin terasa. Pada minggu ke-22 hingga seterusnya, tendangan nak lanang menjadi semakin kencang dan akhirnya bisa dirasakan oleh Bapaknya. Si Bapak menjadi makin semangat dan setiap hari sepulang kerja selalu menanyakan apakah anaknya aktif atau tidak seharian. Pernah satu hari suami panik karena anak bayik sangat pasif bergerak, setelah malamnya kami makan Mie Samyang super pedas yang bikin pusing. Belionya dengan wajah cemas orisinil kuatir anaknya pingsan kepedesan. Aku antara mau ngakak, tapi melihat wajah cemasnya kok jadi kuatir juga. Meski besoknya bayi sudah aktif lagi, sejak kejadian itu, suami sangat sangat cerewet soal makanan pedas yang aku makan. Aku yang super duper cinta pedas ini dipelototin jika makan sambel lebih dari satu sendok setiap hari.
Sayangnya, si bayi setrong selalu ogah bergerak ketika direkam. Maksud hati kan pengin juga kasih lihat apa yang Ibunya lihat, ke kakek nenek dan eyang-eyangnya. Tapi biasanya tepat setelah kita meletakkan kamera, eh dia baru gerak-gerak. Rekam lagi, diem lagi. Ngerjain nih..
Polah Bumil Amatir: Pindah Dokter Kandungan dan USG 4D Kedua
Sebenarnya, USG 4 Dimensi kedua kalinya ini tidak kami rencanakan. Kami hanya ingin melakukan kontrol rutin untuk memastikan perkembangan janin baik-baik saja dan kami juga ingin mencoba kontrol ke klinik lain, karena 2 kali kontrol terakhir ke dokter Erdwin cukup menguras waktu untuk mengantri, dan menguras kantong. Haha. Alhamdulillah permasalahan Infeksi Saluran Kemih sudah rampung, hasil urinalisis kedua menyatakan aku sehat dan kondisi fisikku baik-baik saja, kami kemudian merasa ini saat yang tepat untuk mencoba klinik dan dokter kandungan lain untuk memuaskan hati.
Pilihan jatuh ke HappyBaby.Inc Clinic yang dekat sekali dengan apartemen, melalui janji temu via Whatsapp sebelumnya. Aku sempat mengusulkan untuk jalan kaki saja, tapi Bojo menolak keras keinginan konyol istrinya untuk jalan kaki melintasi flyover di tengah-tengah asap kendaraan dan di siang hari bolong. Dengan demikian, kami naik taksi online hanya 5 menit, tiba di klinik 10 menit sebelum jadwal, dan langsung bisa masuk ruangan karena dokter sudah siap. Kami kaget, karena sebelumnya di Klinik dr. Erdwin kami harus mengantri rata-rata 2 jam setiap kunjungan dengan ruang tunggu yang cukup penuh. Kami disambut dr.William Wahono, dan saat melihat Buku Ibu milikku bersampulkan tulisan Klinik dr.Erdwin, dr.William berasumsi aku sebagai pasien dr.Erdwin sudah mendapatkan penjelasan cukup detail dan teredukasi dengan baik sehingga konsultasi berlangsung cukup cepat, dan aku juga hanya mengajukan beberapa pertanyaan yang juga sudah aku ajukan ke dr.Erdwin. Pembeda kali ini adalah: USG 4D sudah bisa menunjukkan wajah anak bayi dengan lebih jelas, karena usia kehamilan yang sudah lebih tua. Sepanjang sisa hari, aku hanya bisa senyam-senyum menyaksikan foto pertama bayi kami satu ini.
Selain lokasi yang dekat, waktu mengantri yang hampir tidak ada, resepsionis (Yang juga seorang bidan) yang sangat responsif dan ramah, klinik HappyBaby.Inc juga memberikan promosi konsultasi dan USG 4D seharga Rp.230.000,00 saja pada saat kami melakukan kunjungan (Tidak termasuk vitamin). Jika kita merupakan pengguna aplikasi Teman Bumil, promo konsultasi dan USG 4D ini menjadi Rp.225.000,00. Menarik untuk dijadikan pembanding dan second opinion, atau menjadi tempat konsultasi utama jika salah satu dari dokter prakteknya adalah incaranmu.
MINGGU 23-27:
Janin Merespon Suara!
Jika sebelumnya nak lanang menendang ke sana kemari *hingga menggencet kandung kemih* dengan jadwal yang kurang terbaca, kali ini jadwal menjadi lumayan disiplin: Tendangan kuat terjadi pada malam hari sebelum tidur, pagi hari ketika baru bangun, dan siang hari saat Ibunya istirahat setelah makan siang sambil senderan di sofa. Karena pada fase ini seharusnya janin sudah benar-benar bisa mendengarkan suara-suara dari luar perut, dan tendangan juga mulai lebih sering terasa, ada tiga hal yang aku tingkatkan frekuensinya pada fase ini: aku berusaha memperdengarkan yang baik-baik untuk anak tercinta.
Mulailah Ibunya yang kreatif dan kurang kerjaan ini membuat banyak daftar putar di Spotify dan pemutar musik di laptop. Yang utama adalah, karena kami beragama Islam, daftar putar ayat-ayat Al-Qur'an. Yang paling sering diputar dan dibacakan sendiri langsung ke janin adalah:
- Surah Luqman : Aku adalah pembaca buku Happy Little Soul-nya Mba Retno Hening sejak sebelum menikah. Salah satu sharing dari Mba Retno adalah tentang surah-surah Al-Qur'an yang diperdengarkan pada Kirana--anaknya--saat masih dalam kandungan. Surah Luqman berisikan nasihat-nasihat Luqman kepada anak-anaknya. Ketika benar-benar membaca ayat demi ayat dan artinya, aku langsung jatuh cinta pada surat ini, serasa ikut menasihati bayik soleh dalam perut ini dan menasihati diri sendiri juga.
- Surah Yusuf : Kalau ini, adalah wejangan mama tercinta sejak awal-awal kehamilan. Bahkan sejak kandungan masih berusia 5 minggu, sudah didesak segera sering-sering membaca Surah Yusuf. "Mama pas hamil dedek (Adek bungsuku), seriiing banget membacakan surah Yusuf. Bonusnya, ketika dedek lahir masya Allah menenangkan, ganteng dan nggak rewel." Banyak yang mengutamakan membaca surah ini agar anaknya baik rupa seperti beliau, tapi aku selalu menekankan setiap membaca dan mendengar Surah Yusuf, bahwa luarrr biasa banyak kemuliaan nabi Yusuf AS yang semua Ibu harapkan ada pada anaknya. Baik budi, cerdas, sabar, menundukkan pandangan dari kemaksiatan, jujur. Ketampanan hanyalah salah satu dari sekian banyak kelebihan yang Allah SWT berikan kepadanya. *Elus-elus perut*
- Surah Maryam : Masuk trimester 2, ketika hati mulai gundah gulana mengira-ngira bagaimana proses persalinan nanti, tiba-tiba teringat pernah membaca mengenai bagaimana Allah SWT membimbing Maryam dalam proses sebelum kehamilan, saat melahirkan dan mengasuh nabi Isa AS tersampaikan dalam Surah Maryam. Duh mulianya Maryam radhiyallahu 'anha sampai namanya diabadikan sebagai nama Surah Al-Qur'an. Iri nggak sih Buibuu sama Ibunda nabi Isa ini.. Jadilah surah ini salah satu surah favorit, karena selain untuk kehamilan, tapi juga sebagai pengingat untuk Ibunya menjadi Ibu yang sebaik-baiknya..
- Al-Fatihah dan Surah-surah Pendek. Ini sering diputar di daftar putar, agar bayi soleh sudah kenal Ummul Kitab dan surah-surah bacaan salat sejak dini. Dimulai dengan surah-surah pendek, semoga bayi soleh ini familiar dan bisa jadi penghafal dan pengaplikasi Al-Qur'an di masa depan. AAMIIN dong Buibu *Nyodorin mic*.
- Bacaan Al-Qur'an penuh. Ibu mertua menyarankan untuk membagi pembacaan Al-Qur'an dalam 3 tahap selama kehamilan: Trimester 1 juz 1-10, trimester 2 juz 11-20, trimester 3 juz 21-30. Tidak hanya aku, tetapi juga suami. Apalah daya hingga trimester 2 ini juz 10 pun belum khatam.. Untuk mengisi ketertinggalan, aku jadi sering memutar bacaan Al-Qur'an penuh di daftar putar ketika bekerja. Ketika bersantai, aku lanjut membaca terjemahannya.
Selain surah-surah Al Qur'an, aku juga membagi beberapa daftar putar di Spotify: Playlist Anti Mual, Musik Klasik untuk Kehamilan, Baby's Lullaby dan Happy Baby. Playlist Anti Mual aku dengarkan ketika periode mual di trimester 1 dan sangat membantu. Musik Klasik dan Baby's Lullaby aku perdengarkan ketika mulai susah tidur, atau janin masih aktif ketika jam tidur.
Yang lucu adalah playlist Happy Baby, aku menyusunnya bekerja sama dengan si anak bayik. Caranya: Aku memutar beberapa lagu ceria agak keras dan menunggu respon si bayik. Jika si bayi menendang-nendang, dan moodku juga membaik ketika mendengarkan lagu tersebut, si lagu lolos seleksi dan masuk daftar putar. Jika si anak bayi biasa aja, dan mood-ku juga kurang terbangun, maka lagu akan diskip. Menariknya, lagu-lagu yang masuk daftar putar ini adalah lagu-lagu up beat era tahun 60-an hingga 90-an, mulai dari The Beach Boys, Bucks Fizz, ABBA, Bee Gees, The Wonders hingga Hanson. Anakku bener-bener anti mainstream..
Yak. Di awal, aku merasa anak bayik belum bisa merespon, karena sejak awal diajak ngobrol, belum ada sahutan dari dalam berupa gerakan apapun. Baru pada minggu ke-24, hal menyenangkan terjadi. Setiap kali aku memainkan gitar--yang otomatis membuat badan gitar menempel di perut--anak bayi bergerak lebih lincah. Kali berikutnya, Bojo mencoba mengajak ngobrol anak lanang ketika sedang bersantai, dan direspon dengan tendangan. Senang sekali melihat reaksi Bojo saat anaknya balas menendang ketika diajak bicara. Sejak itu, Bojo semakin sering mengajak anaknya mengobrol, mulai dari menceritakan kejadian yang dia alami seharian atau berbagi tentang kemenangan Liverpool pada hari itu. Tidak ada ikatan yang lebih indah yang bisa disaksikan seorang (calon) Ibu selain bonding antara ayah dan anaknya.
Perkembangan Perut dan Bobot yang Super Pesat.
Pada sekira minggu ke-25, aku harus bekerja di luar kota selama 10 hari dengan membawa perut yang pada saat itu keberangkatan masih sangat bisa berkompromi dengan pekerjaan riset lapangan. Suami mengantar sampai Cirebon dan menjemput lagi di Cirebon pada hari ke-10. Sementara pekerjaanku berpusat di salah satu kecamatan di Indramayu. Di lapangan, hampir tidak ada yang mengenali bahwa aku sedang hamil. Mungkin dalam pikiran para mitra dan responden penelitian, aku hanya sedang kelebihan berat badan dan tidak sopan mengomentari perut yang 'agak besar' dari perempuan yang berisi. Aku juga tidak merasa butuh privilese sebagai perempuan hamil, meski semua rekan kerja yang adalah laki-laki itu tetap sangat protektif karena sudah dititipi panjang lebar oleh suami untuk menjaga istrinya yang pecicilan ini.
Namun pada hari ke-4 atau 5, sekitar minggu ke-26, mendadak semua orang yang bertemu denganku berkomentar: "Mba sedang isi ya? Berapa bulan?" Tanpa ragu. Aku cuma bisa menjawab "6 bulan Mba/Pak/Bu", sambil dalam hati sumringah, akhirnya aku 'terlihat' hamil juga, bukan gemuk. Biasanya jawabanku akan direspon dengan wajah kuatir dan ujaran: "Wah kuat sekali hamil 6 bulan masih kerja lapangan". Aku memang merasa masih sangat fit untuk bekerja di lapangan.
Awalnya.
Tapi the magic week 26 ini membuat semuanya terbantahkan. Suatu pagi di penginapan, aku merasa sulit sekali bangun dari kasur. Berjalan dengan ngos-ngosan, dan mulai merasa kram di pangkal paha. Perut juga terasa sangat penuh dan lebih keras dari biasanya, dan aku yakin perutku menjadi jauh lebih besar dalam satu malam. Saat itu, keinginan makan menjadi jauh lebih tinggi. Jari-jari kaki mulai membengkak. Di perjalanan menuju Jakarta, tulang pubis dan tulang ekor menjadi lumayan sakit dan membuat kecepatan langkah berkurang.
Ketika kembali ke rumah, melihat cermin besar di ruang depan, aku kaget bukan kepalang pada ukuran perut. Buru-buru aku naik ke atas timbangan digital. Aku meninggalkan rumah 10 hari yang lalu dengan berat 69 kg dan kembali dengan bobot 75 kilogram. 6 kilogram dalam 10 hari. Hancur sudah target menjaga kenaikan berat badan stabil 2 kilogram saja per bulan.
Setelah kenaikan pesat ini, ada 2 titik lagi di mana aku merasa ukuran perut membesar secara drastis dalam semalam, yaitu di 15 Oktober dan 26 Oktober. Meski demikian, sejak pertama kali menyentuh angka 75 kilogram di awal Oktober sampai akhir Oktober ini, beratku masih berkisar di 75 sampai 76 kilogram saja. Pada kontrol terakhir, Obgyn meyakinkan dan menenangkanku bahwa penambahan berat badan per bulan tidak perlu dijadikan kekuatiran, selama total kenaikan berat badan masih dalam batas normal (Dengan BMI-ku sebelum hamil, seharusnya aku mengalami kenaikan berat total 16 kilogram hingga selama kehamilan. Aku baru mengalami kenaikan 11 kilogram).
Aku tidak jadi diet.
Bayangan Ngidam Punah Sudah.
Satu hal ternyata tidak aku alami sejak awal hingga akhir trimester 2 ini: Ngidam.
Entri ini diterbitkan setelah aku melalui akhir trimester 2, setelah aku menunggu-nunggu kapan akan mengidam dan bagaimana rasanya, dan aku ternyata TIDAK NGIDAM sodara-sodaraaa. Kan pengin tu loh kayak Ibu Hamil lain yang dibeliin ini itu sama suaminya karena ngidam. Lalu otakku yang overthinking ini mulai mencari apa yang mungkin bisa menyebabkan aku tidak ngidam seperti Ibu-ibu lain. Lalu muncul 3 hipotesis yang bisa dijadikan tema skripsi atau tesis mahasiswa kesehatan atau psikologi:
1. Mengidam dan Represi Psikologis: Studi Kasus Perempuan Hamil dengan Riwayat Represi Psikologis Berkepanjangan di Masa Bujangan.
2. Korelasi Fenomena Ngidam dengan Kehamilan Ibu yang Merupakan Anak Pertama Perempuan yang Terbiasa Bernegosiasi dengan Keinginan Pribadi demi Kepentingan Bersama.
3. Mengidam: Saintifik atau Mitos?
Wes ah. Ketemu di cerita Trimester 3 ya!
*(Prawirohardjo, 2009. Buku What to Expect When You're Expecting atau situs https://www.whattoexpect.com/pregnancy/ )
Komentar