Skripsi dan Semangkuk Ceri



Mungkin aku bosan dengan rutinitas nocturnal, proposal skripsi yang tak kunjung mendapat bubuhan tinta Acc, jauh dari sahabat-sahabat Kertonegaran-ku, dan ketidak-meletup-an perasaan bersama pangeran kodok. Dini hari ini aku sangat sangat sangat terasing. Sepi. Anti sosial.

Hanya ada satu tempat yang tidak pernah mengecewakan: rumah. Aku merindukan rumah. Terutama adik bayiku yang sudah punya enam gigi. Rindu sekali, lebih meletup-letup dari pada dulu waktu aku jauh dari adikku hampir enam bulan lamanya.

Tapi—terima kasih pada teknologi seadanya yang aku miliki saat ini, aku bergerak sedikit dari bantal. Beringsut-ingsut turun dari kasur, aku mengintip video yang aku rekam bersama adik-adikku di rumah. Serba salahnya adalah, aku malah semakin rindu setengah mati.

            Aku pakai cara lain. Terima kasih untuk Mocca, aku memutar “Happy”-nya di laptopku, mengencangkan volume-nya dan ‘Semangkuk Ceri’ dari Mocca memberi energi untuk menggerakkan tangan dan seluruh badanku. Bergoyang-goyang bodoh, melompat-lompat, mengepak-ngepakkan siku sambil tertawa. Extraordinarily dumb. Andai saja aku bisa melihat aku dari luar badanku.

Tapi bebas, lepas, melakukan sesuatu tanpa aturan kesopanan, kedewasaan dan kebutuhan yang membatasi ruang gerak, adalah menyenangkan!

Itulah sebabnya kamu tidak akan pernah menemukan anak kecil yang stres, kacau dan depresi karena pe-er. Mereka tidak pernah membatasi diri dengan hal-hal tidak esensial macam itu. Mereka membebaskan diri karena untuk itulah mereka hidup, anak-anak kecil itu. Senyum adalah tanda kebahagiaan, dan bahagia adalah obat terbaik untuk penyakit apapun di seluruh dunia. Berbuat sembarangan di luar umur adalah kebutuhan, ternyata. Meskipun aku butuh bantuan dinding kamar agar tetangga kos tidak berpikir aku sudah gila.

Hanya aku-kah yang seperti itu? Tidak adakah orang lain yang berbuat serupa sebagai obat stres dan murung? Atau aku terlalu terlambat menyadari karena banyak orang sesungguhnya melakukannya juga? Atau tidak?

       “When you stumbled and fall, just visit music and sing. If one day you lose your way, just remember one thing my friend, when you’re under a cloud, just visit music and daaanceee—it works!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Devil Spends Korean Won!

My Rareness Has A Name: Kosmemophobia!

"Perkenalkan, Saya Tante Fatimah."

Arsip #3 - Bicara Musik Indie: Tentang Counter-Culture Kapitalisasi Seni

Ibuku?