Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2011

Democracy is Yet to Learn - Pohon Bodi

“DEMOCRACY IS YET TO LEARN” Kini anggap saja redaksi sedang condong ingin berkomunikasi dengan mahasiswa baru—calon pemilih baru dalam Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira) 21-23 Desember 2010 yang akan datang—serta mengajak mahasiswa tua dan setengah tua untuk de Javu bersama-sama. Jika setelah memegang KTP Anda dianggap layak untuk sumbang suara dalam pemilihan presiden, pemilihan umum legislatif ataupun kepala daerah, setelah memegang KTM Anda berhak memilih sendiri presiden dan Dewan Perwakilan Mahasiswa di universitas yang kini Anda tempati. Pemira di Universitas Gadjah Mada sudah berlangsung sejak awal 90-an dan baru terlihat seperti Pemilu sungguhan di tahun 1998. Dengan demikian sudah cukup lama Pemira dipergunakan sebagai metode pengaliran aspirasi di kampus UGM. Dalam waktu yang demikian lama, masih saja belum banyak orang yang berminat untuk mampir ke TPS-TPS yang tersebar di seluruh fakultas di UGM. Terbukti, silence majority masih mewabah dan jumlah pemilih tidak per...

The Battle of Algiers (1966)

Gambar
Contentious Politics atau dalam beberapa tulisan diterjemahkan sebagai Politik Perseteruan, pada dasarnya merupakan cara atau usaha kolektif untuk memperoleh posisi tawar yang lebih baik dibanding lawan politiknya. Bisa juga dikatakan sebagai teknik yang merujuk terhadap fenomena-fenomena pergerakan yang sering disertai kekerasan untuk tujuan-tujuan tertentu, lebih kepada upaya menuntut perubahan terhadap tekanan dan dominasi. Ada banyak kasus di berbagai belahan dunia yang menunjukkan bahwa politik seteru bukan sekedar hasil riset di atas kertas, namun benar dapat ditemukan dengan berbagai variasi dan berbagai hasil. Contoh paling dekat adalah Indonesia. Namun saya belum akan membahas Indonesia. Pada awal masa kuliah saya pernah menonton film satu ini, dokumentasi fiksi berdasarkan kisah nyata tentang pemberontakan masyarakat Aljazair menuju kemerdekaan, The Battle of Algiers. Film ini disutradarai oleh Gillo Pontecorvo dan masuk ke dalam peringkat 120 besar dari penghargaan 500 ...

Arsip #1: Ketika Kampus Rakyat Bikin Melarat

Lembar demi lembar seribu rupiah akan berpindah dari dompet ayah atau ibu yang berniat menjemput anaknya dari kampus, atau dari saku para pedagang yang mencari nafkah di wilayah kampus ke tangan-tangan petugas parkir, atau dari rekan-rekan UNY dan UPN yang berkunjung, atau dari mahasiswa UGM sendiri yang tidak membawa Kartu Identitas Kendaraan. Kampus tak ubahnya tempat wisata dan kebun binatang. Wacana parkir berbayar ini seolah-olah tak putus juga. Sejak Agustus 2009 digulirkan, kemudian berganti dengan sistem KIK di tahun 2010, kini bermutasi lagi menjadi mekanisme parkir entah-apa-maunya, yang akan diterapkan Januari 2011. Di tengah respon keras dalam hitungan tahun, celah yang dicari untuk menggolkan kebijakan ini semakin menjadi-jadi. Penguluran waktu pelaksanaan seperti berupaya membuat generasi bandel bin tukang protes habis masanya, lulus satu per satu dan generasi baru yang tidak mengerti asal muasalnya manut-manut saja membiarkan mekanisme parkir berbayar dianggap wajar da...

Mr and Mrs Masterpiece

Gambar
Belum pernah aku keranjingan pada satu musisi untuk waktu yang lama. Tapi tidak untuk kasus satu ini. Sejak 2009 hingga sekarang, Mesin Penenun Hujan sudah melekat di jaringan otakku. Kini belum hilang demam gara-gara tenun-tenunan hujan, pertengahan tahun 2010 aku menemukan satu album penuh dari komputer di sekretariat LPPM Sintesa yang selanjutnya menjadi teman setiaku mengerjakan tugas, deadline, mendampingi melamun bahkan tidur. Starlit Carousel. Indah, Langka, Penuh Kejutan. Frau --leburan dari Leilani Hermiasih dan Oscar, sang piano elektrik--pertama kali aku temukan lewat pacarku yang juga musisi Indie. Komentarnya singkat saja: "Hah, baru tau Frau? Ckckck.." Wah aku merasa kuper betul waktu itu, padahal dalam kurun waktu satu tahun tinggal di Yogyakarta, aku sudah merasa wawasan musikku cukup meningkat. Ternyata memang kota yang kudiami ini begitu kaya akan musisi-musisi luar biasa. Semakin dalam aku melihat, semakin banyak yang kutemukan, semakin aku ge...

Lotek Musik Fisipol

Saat sebuah stasiun televisi mengumumkan harga cabe melonjak, aku benar-benar marah. Bagaimana tidak, aku adalah penggila sambal yang lebih memilih diet ketimbang makan hambar tanpa rasa pedas. Namun cerita ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan cabe jenis apapun. Suntuk, menghabiskan hari dengan mengeluh tentang cabe dan hujan yang tak kunjung reda, Pangeran Kodok tetap mengajakku ke sebuah acara tahunan yang diselenggarakan adik-adik angkatannya di selasar kantin Fisipol UGM. Awalnya aku hanya berniat duduk sejenak melihat penampilan pertama si pacar memegang mikropon alih-alih stik drum. Berselang sepuluh menit, aku belum beranjak juga, ketika sebuah band beraliran Jazz dengan baik hati menampilkan lagu mereka yang bahkan belum diberi judul. Tiga puluh menit, aku merasa tidak sopan untuk naik ke Sekretariat ketika teman-teman jurusan berdatangan. Tiga puluh menit kedua, aku semakin larut dalam hentakan-hentakan distorsi band metal 'gojek' asli Jogja (belakangan aku...

Otokritik

"Apa resolusimu tahun ini, Nda?" Apa resolusiku? Ada atau tidaknya daftar panjang resolusi sebenarnya bukan sebuah patokan. Akan tetapi dengan pertanyaan itu aku sedikit tersadar bahwa sebagai manusia aku belum meninggalkan jejak apapun. Belum meninggalkan tanda-tanda bahwa aku pernah hidup dan melanglangbuana di jagad ini. Aku sudah begitu sering merencanakan turning point yang dikatakan Anita--peramal jadi-jadian di Facebook--sebagai titik transisi. Namun entah mengapa tak seharipun aku yakin untuk segera melakukannya. Itu sebabnya selain mama dan papaku, aku sangat membutuhkan motivator ulung macam Mario Teguh atau motivator batiniah seperti Arifin Ilham hanya untuk meyakinkanku bahwa perubahan itu bagian terpenting dari hidup. Tapi bocah ngeyel (julukan dari pacarku) ini masih juga belum berubah. Sore ini ketika hujan deras mengguyur seantero Yogyakarta, aku sadar bahwa (kembali) menulis adalah salah satu titik balik yang harus segera aku mulai. Ya, aku harus mul...