Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Another Reason to Thank God #1

Barusan, baruuuuu saja, saya mengantarkan seorang Ibu meninggalkan kantor. Jam 2 tadi, pintu ruangan saya diketuk oleh sekuriti dari Main Gate. "Mbak, ada ibu-ibu dateng katanya mau ketemu.." "Siapa, Mas? Mau ketemu siapa?" "Siapa aja katanya Mbak.." "Loh?" Sembari menuju teras kantor, Mas Frenki, sekuriti kami, menjelaskan bahwa Ibu tersebut berasal dari desa Tanjung Dalam, pinggiran Sungai Lematang. Anaknya meninggal di Bangka Belitung dan beliau tidak punya uang untuk datang ke pemakaman anaknya di sana. Ketika membuka pintu depan, saya mendapati sosok Ibu berusia sekitar 60 tahun. Sekitar -nya itu versi saya sebenarnya. Ketika saya ajak masuk, si Ibu tidak mau. Katanya badannya kotor. Saya tanya dari mana; "Aku mungut barang-barang bekas Nak, kasarnyo pemulung lah. Dikit dapat hari ikak.. sekarung dak sampai," "Dem dari jam berapo tadi Bu?" "Mulai jam sepuluh ikak lah, tapi kan tadi ujan deras jadi b...

Kisah Negeri Farfaraway *

Gambar
Alkisah, sebuah negeri dikarunia harta bawah tanah yang begitu kaya. Di satu titik, sumur mereka menyemburkan minyak. Sementara di titik lain, batu bara terdorong keluar oleh cangkul petani paruh baya yang hendak menanam kentang. Gas alam terpancar di beberapa gundukan batu yang dijadikan api abadi oleh para penduduknya. Beberapa memasak air, memanggang kalkun bahkan menghangatkan diri ketika musim dingin singgah. Negeri ini bernama negeri Farfaraway. Istananya megah dan indah berpoles warna-warna cerah. Para anggota kerajaan dan para pegawai kepercayaan hidup sangat berkecukupan. Tidak demikian penduduknya. Tahun ini, para penduduk yang bekerja sebagai buruh istana di negeri Farfaraway harus bekerja melewati jam kerja. Mereka mendapat tugas ekstra menggali sumur, menggemburkan lahan kebun dan membersihkan kamar raja lebih dari biasanya. Namun berulang-bulan para buruh mendapati upah mereka tidak bertambah. Selama berbulan-bulan, dari mulut ke mulut, mereka mendengar kata “...